Advertisement

Responsive Advertisement

Skenario Menjegal Pemilih Elektorat

Oleh : Ilwan Nehe
Ilustrasi
 
Fenomena realita politik DKI Jakarta selalu tegang adanya. Masing-masing menyampaikan kebenaranya dan retorikanya, yang satu menyampaikan apa yang sudah saya laksanakan dan Lawan politik  menyampaikan insyaallah  akan saya laksanakan. 

Keduanya mempunyai power yang militan untuk memperoleh suara elektorat yang masif demi kepentingannya, menyampaikan berbagai upaya meyakinkan Rakyat DKI Jakarta bahwa saya yang lebih pantas untuk memimpin, bahkan salah satu bakal calon memanfaatkan acara Julia Perez yang sedang mengadakan penggalangan dana untuk pengobatan, menyumbangkan uang senilai Rp 333juta.

Logistik Politik. 

Putaran pertama logistik politik lawan paslon no 2  memanfaatkan massa yang ikut pada aksi 112 untuk menjegal elektabilitas Paslon no 2. Aksi massa yang memakai tameng sakral itu ternyata tidak mempunyai pengaruh besar untuk menjegal paslon no 2. 
Sayangnya putaran kedua mereka tidak berguna lagi untuk kembali menyuarakan kafir-kafiranya.Di alienasikan  aksi massa dengan tameng sakral itu dari logistik manajemen politik lawan paslon no 2, bukan berarti bahwa permainan catur di DKI Jakarta sudah berakhir. Lawan politik paslon no 2 mencoba memainkan permainan politiknya melalui instansi pemerintah daerah yang katanya indpenden.  Independen?.


Beberapa catatan saya jika di katakan independen : 
1.Putusan pelanggaran kode etik oleh Sumarno yang selenggarakan oleh Dewan kehormatan Pemilihan umum (DKPU) di karenakan peran fungsinya sebagai ketua KPU miss komunikasi dan kurangnya pelayanan prima terhadap paslon no 2, dan lebih kebanyakan bernostalgia  untuk lawan politik paslon no 2. 
2. Debat terakhir putaran kedua yang di setting sepenuhnya oleh panitia penyelenggara menyudutkan program kerja paslon no 2. 
Skenario politik yang berhasil di laksanakan mulai dari aksi massa yang memakai tameng yang sakral, kurangnya komunikasi yang baik dari panitia penyelenggara sampai pada tahap settingan debat terakhir, dan skenario baru adalah berupaya untuk menjegal pemilihan elektorat paslon no 2. 
Pemetaan politik yang  sedang di laksanakan oleh lawan politik paslon no 2 adalah mematikan kapasitas pemilih untuk tidak berkontribusi dalam pesta demokrasi Pilkada DKI Jakarta. 
Skenarionya : 
1.Apabila pemilih terdaftar dalam susunan nama pemilih di Tpsnya namun tidak mendapatkan kartu pemilih maka tidak dapat memilih. 
 
 
2.Apabila tidak mempunyai C6 maka di katakan gagal untuk memilih di TPS nya masing-masing. 

3.Hari ini terakhir pengambilan C6 

4.Apabila C6 tidak di ambil maka hari ini juga akan di kembalikan kepada panitia penyelenggara. 

5.Mengintmidasi pemilih elektorat "pendukung Ahok-Djarot" supaya tidak dapat berkontribusi dalam pesta demokrasi Pilkada DKI Jakarta.

6.Anda tahu sendiri panitia penyelenggara yang katanya independen lebih  bernostalgia sama siapa ??

Harapan untuk semua pemilih elektorat yang satu komando untuk kemajuan kota Jakarta dengan memilih pemimpin yang berkeadilan sosial mari sama-sama membantu saudara-saudara kita untuk memperoleh haknya sebagai pemilih elektorat.

Posting Komentar

0 Komentar