Ilustrasi |
Fenomena
realita politik DKI Jakarta selalu tegang adanya. Masing-masing
menyampaikan kebenaranya dan retorikanya, yang satu menyampaikan apa
yang sudah saya laksanakan dan Lawan politik menyampaikan insyaallah
akan saya laksanakan.
Keduanya mempunyai power yang militan untuk memperoleh suara elektorat yang masif demi kepentingannya, menyampaikan berbagai upaya meyakinkan Rakyat DKI Jakarta bahwa saya yang lebih pantas untuk memimpin, bahkan salah satu bakal calon memanfaatkan acara Julia Perez yang sedang mengadakan penggalangan dana untuk pengobatan, menyumbangkan uang senilai Rp 333juta.
Logistik Politik.
Putaran
pertama logistik politik lawan paslon no 2 memanfaatkan massa yang
ikut pada aksi 112 untuk menjegal elektabilitas Paslon no 2. Aksi massa
yang memakai tameng sakral itu ternyata tidak mempunyai pengaruh besar
untuk menjegal paslon no 2.
Sayangnya putaran kedua mereka tidak berguna lagi untuk kembali menyuarakan kafir-kafiranya.Di
alienasikan aksi massa dengan tameng sakral itu dari logistik
manajemen politik lawan paslon no 2, bukan berarti bahwa permainan catur
di DKI Jakarta sudah berakhir. Lawan politik paslon no 2 mencoba memainkan permainan politiknya melalui instansi pemerintah daerah yang katanya indpenden. Independen?.
Beberapa catatan saya jika di katakan independen :
1.Putusan pelanggaran kode etik oleh Sumarno yang selenggarakan oleh
Dewan kehormatan Pemilihan umum (DKPU) di karenakan peran fungsinya
sebagai ketua KPU miss komunikasi dan kurangnya pelayanan prima terhadap
paslon no 2, dan lebih kebanyakan bernostalgia untuk lawan politik
paslon no 2.
2. Debat terakhir putaran kedua yang di setting sepenuhnya oleh panitia penyelenggara menyudutkan program kerja paslon no 2.
Skenario politik yang berhasil di laksanakan mulai dari aksi massa yang
memakai tameng yang sakral, kurangnya komunikasi yang baik dari panitia
penyelenggara sampai pada tahap settingan debat terakhir, dan skenario
baru adalah berupaya untuk menjegal pemilihan elektorat paslon no 2.
Pemetaan politik yang sedang di laksanakan oleh lawan politik paslon no
2 adalah mematikan kapasitas pemilih untuk tidak berkontribusi dalam
pesta demokrasi Pilkada DKI Jakarta.
Skenarionya :
1.Apabila pemilih terdaftar dalam susunan nama pemilih di Tpsnya namun
tidak mendapatkan kartu pemilih maka tidak dapat memilih.
2.Apabila tidak mempunyai C6 maka di katakan gagal untuk memilih di TPS nya masing-masing.
3.Hari ini terakhir pengambilan C6
4.Apabila C6 tidak di ambil maka hari ini juga akan di kembalikan kepada panitia penyelenggara.
5.Mengintmidasi pemilih elektorat "pendukung Ahok-Djarot" supaya tidak dapat berkontribusi dalam pesta demokrasi Pilkada DKI Jakarta.
6.Anda tahu sendiri panitia penyelenggara yang katanya independen lebih bernostalgia sama siapa ??
Harapan untuk semua pemilih elektorat yang satu komando untuk kemajuan
kota Jakarta dengan memilih pemimpin yang berkeadilan sosial mari
sama-sama membantu saudara-saudara kita untuk memperoleh haknya sebagai
pemilih elektorat.
0 Komentar