Foto Ilwan Nehe |
Pergerakan atau aksi Mahasiswa di bangsa Indonesia mempunyai sejarah tersendiri dalam setiap rezim, baik pada rezim Orde lama sampai pada rezim Pasca Reformasi.
Dalam perjuangan mahasiswa di bangsa ini, gerakan mahasiswa menjadi actor terdepan atau cikal bakal perjuangan Indonesia seperti yang tertulis atau tampak dalam sejarah bangsa.
Pada tanggal 20 mei 1908 salah satu cikal bakal pergerakan oleh pemuda-pelajar dari lembaga pendidikan stovia. Kelompok ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari nilai-nilai primordialismenya “jawa”, pergerakan ini di dirikan oleh Boedi Utomo.
Kehadiran Boedi Utomo pada masa itu merupakan sejarah yang menimbulkan sebuah tujuan pembaharuan dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai actor terdepan untuk menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan untuk memperoleh kemerdekaan dari penindasan kolonialisme.
Sejak di keluarkannya SUPERSEMAR pada maret 1966, di keluarkan langsung oleh Soekarno sebagai Presiden RI pertama kepada Soeharto menjadi awal keterbungkaman pergerakan mahasiswa. Dengan gaya kepemimpinan yang otoriter sehingga setiap kritikan mahasiswa di tuduh sebagai anti pancasila.
Pada tahun 1997 menjadi momentum baru di kalangan mahasiswa ketika terjadinya krisis moneter, sehingga pada tahun 1998 menjadi kejayaan tersendiri bagi aktivis tahun Sembilan puluan dengan gerakan yang militan berhasil memaksa soeharto mengundurkan diri dari jabatan Presiden Republik Indonesia setelah memimpin selama 32 Tahun.
Memasuki pada masa kepemimpinan Presiden Ketujuh Joko Widodo, pengaruh mahasiswa untuk mengontrol kebijakan pemerintah tidak terlalu se-militan pada masa aktivis Sembilan puluan.
Mahasiswa sebagai agen of change dan agen of social controll dalam berbangsa dan bernegara bertindak untuk mengkritik dan mengingatkan kebijakan pemerintahan yang tidak sesuai dengan undang-undang atau merugikan masyarakat secara umum belakangan ini mulai lebih banyak tidak bersuara atau diam. Salah satu penyebab munculnya revisi Undang-undang Informasi Teknologi dan Elektronik. Pendekatan persuasive menjadi gaya tersendiri oleh Presiden Joko Widodo sehingga membuat gerakan mahasiswa atau kaum intelektual kehilangan jati dirinya sebagai agen of change dan agen of social control karena semuanya berakhir dengan obrolan di meja makan.
Negara Indonesia sebagai Negara demokrasi maka seharusnya membuka ruang sebebas-bebasnya untuk masyarakat, kaum intelektual agar dapat mengawal kebijakan pemerintah. Bukan mengkolaborasikan ideologi Demokrasi dengan Orde baru untuk di wujudkan dinegara ini. Di tengah perjalanan kepemimpinan jokowi mahasiswa terlalu masif menikmati nilai-nilai demokrasi untuk menyuarakan haknya, akhir-akhir ini pergerakan masif itu hampir tidak keliatan dengan kelihaian jokowi mematikan kartu mahasiswa sehingga tidak mempunyai pengaruh dalam sistem pemerintahannya. Gaya lama ini bagian adopsi dari gaya kepemimpinan pada zaman soeharto. Kedua aktor ini mempunyai gaya tersendiri namun tujuannya sama untuk memperkecil bahkan mematikan gerakan mahasiswa. Jadi tidak terlalu prematur apabila di katakan bahwa sistem pemerintahan era ini adalah sistem pemerintahan Demokrasi versi orde baru.
Mahasiswa merupakan bagian dari rakyat, bahkan merupakan rakyat itu sendiri, mahasiswa sebagai tumpuan dari berbagai pihak, mereka sering di sebut sebagai harapan Negara, harapan masyarakat, harapan keluarga bahkan harapan dunia maka saatnya mahasiswa untuk jaya kembali menyuarakan hak-hak yang tertindas dan melawan tirani penguasa.
Lirik Lagu Buruh Tani
Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
Bersatu padu rebut demokrasi
Gegap gempita dalam satu suara
Demi tugas suci yang mulia
Hari-hari esok adalah milik kita
Terciptanya masyarakat sejahtera
Terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa Orba
Marilah kawan mari kita kabarkan
Di tangan kita tergenggam arah bangsa
Marilah kawan mari kita nyanyikan
Sebuah lagu tentang pembebasan
Di bawah kuasa tirani kususuri garis jalan ini
Berjuta kali turun aksi bagiku satu langkah pasti
0 Komentar